Kilas Berita
Berita
...

Gula Cair Dari Sagu Produk Herbal Rendah Kalori

Pengunjung :   Kategori : lingkungan-dan-kesehatan, Tanggal : 31 / 12 / 2018

Selatpanjang – Pengembangan gula cair dari sagu sudah mulai dilakukan Pemerntah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti. Produk ini sangat menjanjikan menjadi pemanis pilihan masyarakat. Karena merupakan produk herbal yang rendah kalori.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Ir Mamun Murod MM MH yang sejak awal sangat konsen untuk pengembangan sagu. Ia sudah melakukan penjajakan proyek pengolahan Sagu menjadi gula cair di Pabrik Pakis Baru yang terletak di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

“Dari hasil kunjungan kita di pabrik pengolahan gula cair Pakis Baru di Pati, Jawa Tengah beberapa waktu lalu, kita melihat pengolahan sagu menjadi gula cair sangat menjanjikan. Sebab dipasaran sangat dibutuhkan bahan pemanis produk herbal yang rendah kalori,” ungkapnya. (31/12/2018)

Murod juga mengatakan bahwa ada pengusaha glukosa yang menginginkan sagu dalam jumlah sangat besar, sebagai bahan baku pembuatan gula cair di Jawa. Namun pengusaha tersebut kesulitan mendapatkan sagu mengingat tata niaga sagu yang belum meluas.

Apalagi tambah Murod, produk gula cair berbahan sagu ini, jika ditinjau dari sisi kesehatan memiliki prospek yang sangat baik di Indonesia.

“Semakin hari gaya hidup sehat sudah mulai menjadi tren. Masyarakat mulai selektif dalam memilih produk yang akan dikonsumsinya,” terangnya.

Oleh karena itu, khusus bagi Kepulauan Meranti sebagai penghasil dan pengembang komoditi sagu terbaik di Indonesia tentunya akan mendapatkan peluang besar. Sebab banyak produk turunan berbahan dasar sagu, baik makanan dan minuman sangat baik untuk kesehatan.

“Makanya jika rencana tersebut dapat berjalan dengan baik, bisa memberikan nilai tambah bagi produksi sagu masyarakat. Sehingga nantinya dapat meningkatnya kesejahteraan para petani sagu di Meranti,” terangnya.

Penjajakan tersebut dilakukan, berawal dari hasil penelitian tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang menemukan bahwa sagu bisa diolah menjadi glukosa (gula cair) yang bernilai ekonomi tinggi. Menurutnya sagu bisa menjadi alternatif bahan baku glukosa yang selama ini banyak diambil dari tapioka.

Untuk tahap awal pengolahannya bisa dilakukan oleh industri rumah tangga nantinya di Kepulauan Meranti. Dijelaskan Murod bahwa upaya itu dilakukan untuk membuat sagu agar lebih ekonomis. Dengan begitu akan semakin membantu masyarakat Kepulauan Meranti.

Menurutnya memang berbagai formulasi untuk mengembangkan industri hilir sagu perlu dilakukan. Sehingga upaya mengembangkan sagu di hulu bisa sejalan pengembangan di hilirnya. Dengan begitu nilai jual sagu akan semakin tinggi.

Murod sangat optimis pengembangan sagu menjadi gula cair nantinya. Sebab gula cair dari sagu lebih sehat daripada gula yang dibuat dari tebu.

"Walaupun memang rasanya tidak semanis gula dari tebu, namun lebih sehat. Apalagi masyarakat saat ini lebih memprioritaskan kesehatan. Kalau soal rasa, nantinya perlu dibiasakan saja. Jadi saya yakin gula cair dari sagu akan menjadi pilihan," jelasnya.

Sekretaris Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkopukm), Rudi Alhasan SAg menambahkan saat ini gula cair berbahadan dasar sagu sudah diproduksi secara rumah tangga di Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur. Walaupun belum mampu memproduksi dalam jumlah besar, namun paling tidak pengembangan gula cair sudah dilakukan.

“Kita akan terus memantau dan mendorong pengembangannya. Kita juga akan mendorong melalui berbagai program, sehingga gula cair bisa dijadikan pilihan dibandingkan gula tebu,” ucapnya.  (MC Meranti/Humas/Na)